Ulasan/Review Film Captain Fantastic - Film Keluarga dan Cara Parenting Anak yang anti mainstream
Sebelum gue nonton film Captain Fantastic, sejujurnya, gue
gak terlalu keenangan buat nonton. Mungkin waktu baca judulnya, langsung
kebayang film pahlawan super biasa. Tapi abis nonton, wow, kayaknya ini salah
satu film terbaik tahun 2016 yang pernah gue tonton, deh.
Ulasan/Review Film Captain Fantastic - Film Keluarga dan Cara Parenting Anak yang anti mainstream
Jadi, ceritanya ini tentang keluarga yang hidup di tengah
hutan. Ayahnya, Ben Cash (diperankan Viggo Mortensen), nyoba mendidik keenam
anaknya dengan cara anti-mainstream. Mereka hidup jauh dari modernisasi, tanpa
TV, radio, atau smartphone. Di hutan, mereka bertahan hidup dengan berburu dan
bertani, bahkan masak masih pakai api batu. Kayaknya jauh banget dari gaya hidup kita sehari-hari.
Gimana Ben mendidik anak-anaknya? Pagi-pagi dia ajak olahraga atau yoga, malemnya suruh baca buku atau main musik. Kehidupan mereka berubah pas istri Ben, Leslie (diperankan Trin Miller), yang juga ibu dari anak-anak itu, meninggal. Tapi bukan karena sakit, Leslie bunuh diri. Berat banget buat Ben dan anak-anaknya. Tragedi ini jadi awal konflik serius di film.
Nah, ada satu adegan di awal film, anak tertua Ben, Bodevan, berhasil ngejar rusa pake pisau. Dan ini tradisi di keluarga mereka, bentuk perayaan dewasa. Gaya hidup mereka yang beda jadi jelas waktu Ben nggak merayakan Natal kayak keluarga biasa. Dia malah lebih suka rayain ulang tahun Noam Chomsky, tokoh intelektual. Kocak, kan?
Kisahnya semakin seru ketika mereka harus meninggalkan hutan karena Leslie meninggal. Mereka pake bus sekolah jadi mobil keluarga, dan perjalanan menuju kota bawa banyak drama. Ross, sang sutradara, nih, mulai nambahin bumbu satire, terutama lewat dialog dan plot film ini.
Gue suka karakter Ben yang unik. Dia ngajarin anak-anaknya
hal-hal yang beda, misalnya lebih seneng rayain ulang tahun aktivis hak asasi
manusia ketimbang hari natal. Trus, pas mereka nginep di rumah adik Leslie,
anak-anak Ben bingung liat sepatu Nike dan Adidas, dan terkejut liat anak adik
yang lagi main game. Humornya segar banget, deh.
Cerita Makin Menarik
Cerita makin menarik pas mereka tiba di pemakaman Leslie. Beneran jadi sorotan karena pake baju cerah di antara orang-orang yang pada pake baju hitam. Konflik makin kentara waktu Ben baca surat wasiat Leslie di depan semua orang. Isinya cukup aneh, Leslie minta mayatnya dikremasi, ditemenin musik dan tarian. Abunya dibawa ke tempat banyak orang, sisanya masuk toilet terdekat. Ayah Leslie bener-bener kesel dan mengusir Ben dari gereja.
Ada momen dramatisnya pas Ben sama anaknya gali kuburan
Leslie buat bawa mayatnya pergi. Ini jadi cara mereka wujudin keinginan Leslie
sesuai surat wasiatnya.
Miliki Pesan Kritik Sosial Dalam Film
Film ini sebenernya kritik sosial lho dari sang sutradara. Ross pengen ngegambarin kejenuhan sama modernisme, konsumerisme, dan kapitalisme yang ngelanda-in hidup orang. Dibalut dengan tema keluarga, film ini bener-bener bikin kita mikirin gaya hidup dari sudut pandang yang beda.
Akting Viggo Mortensen sebagai Ben bener-bener dapet banget. Ditambah peran keenam anaknya yang berbeda-beda karakternya, jadi film keluarga yang beda dari yang lain.
Gue pikir film ini cocok buat semua umur, apalagi di zaman industrialisasi yang terus tumbuh. Perubahan sosial di keluarga bisa jadi bikin mikir, terutama peran orang tua yang kesibukan kerja bisa bikin kurang waktu buat bimbing anak. Ross ngasih pesan bahwa mencari uang bukan jaminan keluarga bahagia.
Gue harap banget film ini bisa ditonton banyak orang di
Indonesia. Meskipun ada adegan kurang oke kayak mencuri makanan di supermarket,
intinya film ini ngajarin kita buat lebih sadar sama sistem kapitalis yang
bikin kita ngiler terus pengen beli barang yang sebenernya nggak terlalu
penting. Yuk, kita coba mikirin lagi apa bedanya kebutuhan sama keinginan, dan
nggak terjebak sama ekspektasi palsu dari sistem kapitalis.
Belum ada Komentar untuk "Ulasan/Review Film Captain Fantastic - Film Keluarga dan Cara Parenting Anak yang anti mainstream"
Posting Komentar